Sebuah resensi novel Wanita Di Jantung Jakarta
Judul Buku : Wanita Di Jantung Jakarta
Pengarang : Korrie Layun Rampan
Penerbit : Grasindo, Jakarta
Tahun : 2000, Cetakan I 2000
Jumlah Halaman : 156+iv
Novel karya Korrie Layun Rampan ini memiliki ending yang sulit untuk ditebak. Meskipun begitu, novel ini telah berhasil menjadi salah satu bacaan hiburan yang berpikir dengan teknik penulisan yang jarang kita temukan pada karya sastra di Tanah Air.
Pengarang : Korrie Layun Rampan
Penerbit : Grasindo, Jakarta
Tahun : 2000, Cetakan I 2000
Jumlah Halaman : 156+iv
Novel karya Korrie Layun Rampan ini memiliki ending yang sulit untuk ditebak. Meskipun begitu, novel ini telah berhasil menjadi salah satu bacaan hiburan yang berpikir dengan teknik penulisan yang jarang kita temukan pada karya sastra di Tanah Air.
Korrie Layun Rampan adalah pengarang yang sangat cerdas memainkan ending cerita di setiap novelnya. Dalam novel Wanita Di Jantung Jakarta, Korrie berhasil menanamkan question ending pada pikiran pembacanya. Lalu, Korrie pun membiarkan pembaca menyelesaikan sendiri ending novel ini.
Tema sentral cerita yang dipilih pun cukup menarik, yaitu kisah perjalanan nasib buruk tokoh Sumarsih. Penulis melukiskan kisah tersebut dengan sangat klise yang diperkuat oleh dialog-dialog yang tangkas dan cerdas.
Tema sentral cerita yang dipilih pun cukup menarik, yaitu kisah perjalanan nasib buruk tokoh Sumarsih. Penulis melukiskan kisah tersebut dengan sangat klise yang diperkuat oleh dialog-dialog yang tangkas dan cerdas.
“Jangan mencela orang yang teraniaya!” suara wanita lain dari arah yang lain terdengar dalam nada yang membela. “Tak baik mengumpat orang yang terkena bencana!”
“Memang tidak baik,” suara wanita yang lain lagi.
“Kebiasaan mengomel suami jangan dibawa-bawa ke sini.”
“Jangan banyak mulut. Kuremas bibirmu!” wanita yang tadi terdengar berang. “Apa urusanmu dengan wanita itu?”
(Halaman 7 Bagian Kesatu)
Dialog tersebut sangat cerdas. Selain untuk memperkuat pendeskripsian suasana, penulis juga memanfaatkannya untuk menyampaikan pesan moral. Pesan moral tersebut langsung ditegaskan penulis dalam dialog sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran yang didominasi alur mundur. Penyampaian cerita secara “curhat” antara tokoh Sumarsih dengan Sumarto memudahkan pembaca untuk menelusuri cerita demi cerita.
Berawal dari perpisahan Sumarto dengan Sumarsih, konflik cerita mulai terlihat. Sumarsih menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya, Tantono untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Lalu, nasib pun mendera Sumarsih. Ia diceraikan suaminya karena ia hamil dengan alasan Sumarsih berselingkuh dengan pria lain. Selain itu, ia pun harus kehilangan anaknya karena keguguran. Kejadian ini juga dialami Sumarsih dengan dua suaminya setelah Tantono, yaitu Karsono dan Suwarto. Kehidupan Sumarsih pun semakin gelap. Tidak sampai di situ, Sumarsih juga tertipu calo TKW yang akhirnya mempertemukan Sumarsih dengan Sumarto, pujaan hatinya setelah sepuluh tahun berpisah.
Nasib tokoh Sumarsih digambarkan penulis dengan sangat berlebihan namun cukup baik untuk membangkitkan ketertarikan pembaca terhadap novel ini. Barangkali jika kita membaca novel ini, kita akan tertawa melihat kekonyolan penulis dalam menggambarkan nasib buruk yang selalu mendera Sumarsih, terasa benar-benar tidak masuk akal.
Pendeskripsian cerita dengan konotasi yang berlebihan membuat pembaca kesulitan untuk masuk ke dalam novel ini, namun inilah kelebihan penulis.
Langit malam tak tampak menguraikan hujan. Hanya kelam menyergap di seantero sudut kota, menyusup di antara pijaran lampu-lampu merkuri yang mempesiang malam Jakarta.
Angin tak juga menggugurkan daun-daun.
Gerah yang tadi terasa menyesakkan seakan lindap dalam bayangan kelam, menyusup ke awang-awang, dan pori-pori tanah. Segala yang panas dan mengandung dahaga seperti terserap oleh cuaca, terangkat ke cakrawala, memasuki ruang kesejukan purnama.
Di jauhan hanya deru yang tak kenal waktu.
(Halaman 1, Bagian Kesatu)
Karena kesulitan pembaca untuk mengerti maksud Korrie dalam novel ini maka secara tidak langsung Korrie membiarkan pembaca menafsirkan sendiri cerita novel ini seperti apa.
Hal yang menarik dari novel ini adalah permainan perasaan pembaca oleh penulis yang selalu dipenuhi rasa penasaran terhadap bagaimana nasib tokoh Sumarsih selanjutnya. Selain itu, penulis juga sering menyelipkan peristiwa-peristiwa nyata yang dialaminya seperti, pernah aku diceritakan kawanku Maaruf yang merasakan perjalanan kematian, sebuah perjalanan dalam langkah-langkah yang fantastis...
(Halaman 5 Bagian Kesatu)
Namun, dengan segala keindahan dan kelebihannya, novel ini membuat pembacanya kesulitan untuk menangkap maksud Korrie karena terlalu banyaknya penggunaan makna konotasi dalam setiap pendeskripsian cerita. Meskipun begitu, secara keseluruhan novel ini cukup bagus untuk mencerdaskan daya khayal pembaca dalam mendeskripsikan suatu hal.
4 Maret 2022 pukul 18.13
Casino - Hotel and Casino - Joliet - KTVA
Joliet 여수 출장샵 Casino Hotel features an 18-story high-rise building in Joliet, Illinois, U.S.A.. 제천 출장샵 View a detailed 영주 출장마사지 profile of 인천광역 출장샵 the structure 121201 including 서귀포 출장마사지 further